Habib Muhammad Luthfi bin Ali Yahya


Habib Muhammad Luthfi bin Ali Yahya

M2081S-1029
Mursyid thariqah sekaligus musisi
Pengajian rutin malam reboan di Kanzus Sholawat (gedung sholawat) Kota Pekalongan baru saja usai, acara yang digelar rutin setiap pukul 19.30 – 22.00 diawali dengan pengajian kitab Ihya Ulumuddin dibawah bimbingan KH. Akrom Sofwan Salah seorang Mustasyar PCNU Kota Pekalongan, merupakan salah satu agenda rutin sejak sepuluh tahun terakhir yang digagas oleh KH Musthofa Bakri, Rais Syuriah PCNU Kota Pekalongan untuk memanfaatkan Kanzus Sholawat yang baru saja selesai dibangun. Sesaat setelah pengajian usai, acara kemudian diisi pengajian dengan materi agama dalam konteks kekinian oleh seorang tokoh yang terkenal dan tak asing lagi di lingkup Pekalongan dan sekitarnya.
Maka tak heran jika yang hadir bukan saja dari Pekalongan dan sekitarnya, akan tetapi dari luar daerah seperti Pemalang, Batang, Tegal dan Brebes secara berombongan menggunakan kendaraan bis maupun kendaraan roda empat lainnya. Mereka rela duduk beralaskan koran di sepanjang jalan dr. Wahidin hanya untuk mendengarkan wejangan dari seorang ulama kharismatik asal Pekalongan, tidak peduli hujan maupun dinginnya malam sekalipun tak menyurutkan langkah mereka untuk sekedar mendapatkan tetesan embun hikmah. Ribuan santri tua maupun muda khusus untuk kaum adam belum juga melangkahkan kaki untuk pulang ke rumah masing masing. Ternyata mereka rebutan salaman dengan sosok ulama kharismatik yang menjadi panutannya dalam kehidupan sehari hari, baik berkaitan dengan masalah agama maupun urusan dunia. beliau adalah Habib Muhammad Luthfi Bin Ali Bin Hasyim bin Yahya.
Demikian pula setiap Rabu pagi yang dikhususkan bagi ibu ibu dan remaja putri. Ribuan jama’ah duduk bersimpuh mendengarkan dengan tekun dan khidmat kalimat demi kalimat dari ucapan dari seorang ulama kharismatik sebagai pedoman hidup. Bahkan tak jarang diantara mereka menyempatkan bertemu secara khusus di kediamannya meski harus antre berjam jam untuk sekedar berkonsultasi problematika kehidupan sehari hari. Maka rumah mewah di belakang komplek Kanzus Sholawat yang cukup luas pun tak mampu menampung tamu tamu Habib yang datang silih berganti selama 24 jam. Itulah gambaran aktifitas rutin sehari hari Habib Luthfi Bin Ali Bin Yahya, seorang ulama besar yang lahir, dibesarkan dan hidup di Kota Pekalongan.Seabrek jabatan yang diembannya, tak membuat Habib Luthfi merasa capek dan merasa berat memikul amanah. Saat ini saja Habib Luthfi Bin Ali Yahya baru saja dipercaya menjabat sebagai Ketua Umum MUI Kota Pekalongan untuk yang kedua kalinya dan sebagai Ketua Umum MUI Jawa Tengah. Di samping beliau seorang Mursyid Thoriqoh Sadzaliyah, juga sebagai Rais Aam dari Jam’iyyah Ahlit Thoriqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliyyah hasil Muktamar Thariqah  ke-9 dan ke-10 yang digelar di Kota pekalongan (salah satu Badan Otonom NU).
Habib Lutfi dan istriBerbincang bincang dengan Abu Muhammad Bahaudin Muhammad Luthfi Bin Ali Bin Hasyim Bin Umar Bin Toha Bin Yahya nama lengkap dari Habib Muhammad Luthfi Bin Ali Yahya sangat mengasyikkan, terutama persoalan kethoriqohan. Menurutnya, sejak kepengurusan Jam’iyyah Ahlit Thoriqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliyyah dia pegang sudah banyak kemajuan dibanding kepengurusan periode sebelumnya. Hingga saat ini saja telah terbentuk kepengurusan tingkat wilayah sebanyak 28 Pengurus Idaroh Wustho, kemudian tingkat cabang sebanyak 200 lebih Pengurus Idaroh Syu’biyah.
Perkembangan yang cukup pesat ini sungguh sangat menggembirakan, ujar Habib suatu ketika bincang-bincang dengan NUBatik Online. Pasalnya hampir seluruh thoriqoh berjalan dengan baik, seperti Sadzaliyah, Kholidiyah, Naqsabandiyah, Syatariyah, Qodiriyah, Tijaniyah dan lain lain. Indikator lainnya ialah banyaknya kaum muda yang mulai aktif sebagai pengikut thoriqoh, “padahal mereka sebelumnya kenal saja tidak apalagi menjadi pengikut, sehingga kesan bahwa thoriqoh hanya dapat diikuti oleh sekelompok manusia usia lanjut mulai terkikis”.
“Yang mesti dipahami ialah bahwa thoriqoh bukan alat berpolitik dan bukan untuk berpolitik, akan tetapi semata mata untuk mendidik kehidupan manusia agar berdekatan dengan Allah dan Rasul-Nya dan yang terpenting ialah meningkatkan kesadaran sebagai manusia apa kewajibannya sebagai hamba kepada Tuhan dan Rasul-Nya juga sesama manusia”, ujar suami dari Syarifah Salmah Binti Hasyim Bin Yahya “Sekarang ini perkembangan thoriqoh di kalangan anak anak muda cukup menggembirakan, seperti yang saya hadapi di Pekalongan ini, justru yang paling banyak masuk thoriqoh dari anak anak muda”, ujarnya.
Menurut KH. Zakaria Ansor Katib Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Pekalongan yang juga orang dekat Habib menjelaskan, banyak sudah prestasi yang ditorehkan Habib Luthfi selama menjadi pimpinan salah satu Badan Otonom NU, antara lain berhasil menata organisasi thoriqoh dari Sabang sampai Meraoke, seperti perkembangan thoriqoh di Sumatera Utara dan Sulawesi sangat menggembirakan, bahkan beberapa waktu yang lalu dari Papua minta dikirimi buku buku tentang thoriqoh. Kemudian Habib juga berhasil menertibkan silsilah sanad thoriqoh, di samping itu juga berhasil menebas fanatisme thoriqoh yang berdampak kepada pengerdilan thoriqoh thoriqoh yang lain dan yang lebih penting ialah kegiatan thoriqoh menjadi lebih terbuka, sehingga banyak kaum muda yang berminat. Kesibukan Abah (panggilan akrab Habib Luthfi) akhir-akhir ini meningkat tajam seiring banyaknya permintaan kehadiran yang berkaitan dengan thariqah khususnya di luar Jawa, ujarnya.
Ayah dari As-Syarif Muhammad Bahaudin, As-Syarifah Zaenab, As-Syariyah Fatimah, As-Syarifah Umi Hanik dan As-Syarif Husain ini lahir di Pekalongan pada tahun 1948. Beliau pernah menempuh pendidikan di Ponpes Kliwet Indramayu di usia 12 tahun dan pada saat itu sudah dipercaya kiyai sebagai salah satu ustadznya. Kemudian nyantri di Bendo Kerep Cirebon, berikutnya mondok di Kiyai Said Tegal dan meneruskan nyantri di Kiyai Muhammad Abdul Malik Bin Muhammad Ilyas Bin Ali Purwokerto dan juga pernah mendapat beasiswa ke Hadramaut Yaman selama 3 tahun.
Habib Luthfi tidak saja menjadi idola masyarakat Pekalongan dan sekitarnya. Menjelang Pilpres tahun 2004  misalnya, Habib Luthfi kebanjiran tamu istimewa, disebut istimewa pasalnya tamu tamu yang menyempatkan hadir di rumah Habib Luthfi adalah para calon presiden maupun wakil presiden. Sebut saja Capres Wiranto, Susilo Bambang Yudhoyono, Amin Rais, Puan Maharani (Putri Megawati) dan Hamzah Haz. Sedangkan cawapresnya Sholahudin Wahid dan Hasyim Muzadi.
Dari semua yang hadir, rata rata mereka selalu berdalih hanya silaturrahmi biasa, tidak ada misi khusus berkaitan dengan kunjungannya. Akan tetapi aktifitas mereka selalu dibaca sebagai upaya untuk mohon do’a restu dan minta dukungan, apalagi diantara mereka ada yang berbicara empat mata dengan Habib, sehingga mereka bisa diduga kehadirannya untuk keperluan pemilu yang baru saja digelar.
Tamu habib memang datang dari berbagai kalangan, mulai dari pejabat pemerintah, anggota dewan, pengusaha, seniman, artis hingga rakyat jelata. Dengan tekun Habib Luthfi mendengarkan satu persatu permasalahannya, kemudian beliau memberikan solusi sehingga mereka pun pulang dengan perasaan puas. Hal ini diakui Wakil Walikota Pekalongan yang juga mantan Ketua PCNU Kota Pekalongan H. Abu  Almafachir juga santri Habib Luthfi. Selama 40 tahun sebagai santrinya, ada satu hal yang sangat dikaguminya, yaitu dalam hal stamina. Beliau kuat duduk berjam-jam untuk sekedar ngobrol dengan para tamunya, meski tamunya itu tidak beliau kenal, ujarnya. “Abah fisiknya luar biasa, jarang sakit meski aktifitasnya cukup tinggi, padahal makan saja tidak teratur”. Di samping itu, Habib Luthfi tidak pernah membeda bedakan asal muasal tamu. Sehingga ratusan tamu yang datang kediamannya setiap hari, selalu dilayani dengan sabar dan penuh kesungguhan. Kadang mereka harus menunggu berhari hari jika Abah sedang berada di luar kota, ujar H. Fachir selalu memanggil Abah kepada Habib Luthfi.
Pernah suatu ketika, seorang bekas gali (geng pencuri) datang untuk bertobat dan minta diakui sebagai santrinya Habib, tanpa banyak pertanyaan, habib langsung membaiat gali tersebut dan kemudian diterima sebagai santrinya untuk menjadi salah satu murid thoriqoh.
Mauludan agenda rutin tahunan
Untuk mengumpulkan santri santrinya yang saat ini tersebar di seluruh penjuru tanah air, setiap bulan maulud, Habib Luthfi menggelar acara mauludan di samping untuk memperingati hari lahir Nabi Besar Muhammad SAW, juga untuk mengumpulkan para santrinya yang ribuan jumlahnya. Kemarin misalnya,  Acara mauludan yang digelar lebih semarak dibanding tahun tahun sebelumnya, sehingga Presiden RI DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyempatkan hadir secara khusus bersama menteri Kabinet Indonesia Bersatu. Apalagi beberapa kegiatan penunjangnya seperti nikah masal, pawai panjang jimat dan pentas musik samer El Balasik asal Jember Jawa Timur dua malam berturut turut, menjadikan suasana peringatan terasa lebih hidup.
Bahkan, untuk menjamu ribuan tamu yang hadir pada acara mauludan, Habib Luthfi tidak mengalami kesulitan yang berarti. Pasalnya, segala ubo rampe hidangan seperti kambing, beras, dan lain lain sudah disiapkan santri santrinya dari berbagai pelosok di tanah air. Sehingga panitia tinggal mengatur dan mendistribusikan saat acara berlangsung.
Sebegitu pentingkah acara itu sehingga menjadi daya magnit bagi masyarakat secara luas ? kegiatan peringatan mauludan memang tidak bisa dilepaskan dari sosok Habib Muhammad Luthfi Bin Ali Yahya yang oleh santri santri senior di panggil abah. Sebagai ulama berpengaruh, beliau sering menjadi rujukan pendapat, baik masalah sosial, politik, ekonomi, budaya dan keagamaan. Sehingga rakyat jelata hingga pejabat tinggi pun seringkali datang ketemu beliau untuk sekedar silaturrahmi hingga minta fatwa.
Kegiatan mauludan yang digelar pada tahun 1429 Hijriyah kemarin merupakan kegiatan rutin tahunan santri santri Habib Luthfi. Bahkan jauh sebelumnya telah pula diadakan, meski secara sederhana. Namun sejak delapan tahun terakhir, dimana sejak dibangunnya gedung KANZUS SHOLAWAT yang terletak di Jalan dr. Wahidin Pekalongan, kegiatannya semakin intensif. Tidak saja peringatan mauludan saja yang digelar. Akan tetapi beberapa kegiatan lainnya seperti pengajian malam reboan, Rabu pagi dan Minggu pagi selalu mengisi gedung Kanzus Sholawat.
Musik sebagai hobinya
Habib Lutfi dan musikSuatu ketika Jamal Mirdad seorang seniman musik asal Jepara mampir ke rumah Habib Luthfi. Oleh Habib kemudian diantar ke salah satu sudut ruangan yang berisi seperangkat alat musik dan hasil rekaman suaranya, tampak sekali kekaguman Jamal atas suara dan kreasi musik yang dihasilkan. Pasalnya untuk mencapai tingkat kualitas yang diperlukan hingga masuk dapur rekaman diperlukan berbagai persiapan, ternyata Habib Luthfi tidak memerlukan waktu yang cukup lama.
Sebagai ulama yang sangat disegani oleh masyarakat, terutama di wilayah eks Karesidenan Pekalongan, musik sudah merupakan bagian dari kehidupan Habib Luthfi. Apalagi ayahndanya juga seniman musik yang amat disegani pada waktu itu, sehingga tidak heran jika Habib Luthfi di samping ahli dibidang agama juga mahir memainkan seperangkat alat musik, terutama piano.
Bagi Habib, bermusik adalah sebuah sarana untuk bergaul dengan siapa saja, terutama dengan anak anak muda dan komponen masyarakat yang heterogen, bagaimana membuat daya tarik sehingga mereka mengikuti kita. Apalagi para pendahulu ulama salaf juga pernah menekuni bidang musik, seperti Jamaludin Ar Rumi dengan bermusik dapat lebih mendekatkan diri kepada sang Khaliq.
Musik yang menurut sebagian ulama dianggap haram, justru oleh Habib Luthfi menjadi hiburan sehari hari. Tidak saja sebagai penikmat musik, akan tetapi beliau juga ahli memainkan alat alat musik, terutama alat musik piano / organ. Di rumahnya saat ini saja ada seperangkat alat musik gambus yang siap dimainkan sewaktu waktu. Bahkan untuk mengaktualisasikan hobinya, Habib Luthfi memiliki satu group musik gambus yang biasa disebut “marawis”.  Puluhan lagu lagu irama padang pasir mengalun melalui dentingan jari jari seorang ulama besar, siap menyirami kalbu yang gersang oleh denyut nadi kehidupan dunia yang semakin tak menentu.
Bahkan untuk memberikan nuansa lain pada peringatan mauludan, Habib tak segan segan memanggil group musik ternama seperti Balasyik asal Jember Jawa Timur, juga menggelar pentas wayang kulit dengan dalang Ki Enthus Susmono dari Tegal. Maka lengkaplah kehidupan seorang ulama Habib Luthfi Bin Ali Bin Yahya yang ahli dalam bidang agama dan membaur dengan masyarakat dengan berbagai kemampuan yang dimilikinya. Sesekali dalam waktu senggangnya, dirinya selalu menyempatkan menekan tombol tut tut piano yang berada di salah satu sudut ruangan rumahnya dan mengalunlah dentingan irama padang pasir yang cukup dikenal dan akrab di telinga kita, baik irama klasik maupun modern.
Jabatan jangan dicari
Penempatan kembali muktamar toriqoh ke 10 Jam’iyyah Ahlit Thoriqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliyyah di Pekalongan pada bulan Maret 2005 kemarin sempat memunculkan kecurigaan dari berbagai pihak dengan ingin tampilnya kembali Habib Muhammad Luthfi Bin Ali Bin Yahya sebagai Rais Aam Jam’iyyah Ahlit Thoriqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliyyah. Pasalnya pada muktamar ke 9 lima tahun silam juga telah digelar di tempat yang sama dan menghasilkan Habib Luthfi Bin Yahya sebagai Rais Aam. Meski akhirnya muktamirin sepakat kembali mememilih dan menunjuk Habib Luthfi untuk menjadi Rais Am yang kedua kalinya.
Akan tetapi tudingan itu ditepis oleh Habib Luthfi. Yang jelas keinginan Pekalongan sebagai tuan rumah bukan atas kehendak dirinya, akan tetapi merupakan keputusan rapat pleno pengurus Idaroh Aliyah. Sebenarnya Lampung juga telah menyatakan siap, akan tetapi para pengurus yang sudah sepuh sepuh itu keberatan jika muktamar diletakkan di luar Jawa. Akhirnya Pekalongan kembali ditunjuk sebagai tuan rumah, ujar Habib suatu ketika. Hal ini tak lain adalah semata mata demi kemudahan pelaksanaan saja. Baginya, jabatan merupakan amanah dan tidak bisa diminta minta. Dimanapun tempatnya, dirinya menyatakan siap diposisikan. Pasalnya, seseorang yang ingin berjuang bukan harus pada jabatan ketua umum saja. Artinya, pengabdian dan perjuangan dapat dilakukan seseorang sesuai dengan kemampuannya masing masing dan saya siap mendukung siapapun yang terpilih, ujarnya.
Bahkan pada saat digelarnya Musyawarah Daerah (Musda) MUI Kota Pekalongan, Habib Luthfi tidak berada di Pekalongan, beliau malah sedang ada acara di Jawa Timur. Toh demikian seluruh peserta musda sepakat menempatkan kembali Habib Luthfi menjadi Ketua Umum MUI Kota Pekalongan untuk yang kedua kalinya (a. mu’is)

Baca Juga Artikel Menarik Lainnya :
Comments
0 Comments

0 comments: